Laman

Rabu, 27 April 2011

Menemukan fakta kebenaran atas polemik (Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Aisyah)


Menemukan fakta kebenaran atas polemik
(Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Aisyah)

Masyarakat muslim dunia banyak yang mengira bahwa sejarah Nabi Muhammad menikahi Aisyah, benar-benar terjadi bak seorang kakek/laki-laki tua yang menikahi anak di bawah umur, karena tersebar dalam sejarah usia Aisyah baru 6-9 tahun ( antara riwayat satu dan yang lain berbeda ).
Benarkah demikian ? inilah polemik yang perlu kita kaji, karena banyak musuh-musuh Islam yang memojokkan dan menjatuhkan Islam dari sisi ini ( Nabi Muhammad SAW adalah seorang phedopilia: menikahi anak di bawah umur ), disamping sisi perkawinan Nabi Muhammad yang berulangkali ( lebih dari 9 kali ) menikahi wanita, sehingga mereka mecela Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang mempunyai kelainan sexual ( hipersex ). Ini sungguh menyakitkan kita sebagi pengikut setia beliau,....
Dalam satu riwayat ( hadist ) dinyatakan Nabi Muhammad SAW menikahi Aisyah terjadi sebelum Hijrah, tetapi setelah wafatnya Khadijah dan setelah nabi Muhammad menikah dengan Saudah, ketika itu Aisyah berumur 6 tahun, tetapi Rasulullah belum bersama dengannya sebagai suami isteri melainkan baru setelah berhijrah ke Madinah. Ketika itu, Aisyah berumur 9 tahun sementara nabi Muhammad berumur 53 tahun, Aisyah adalah putri Abu Bakar, sahabat Nabi yang setia mendampingi Nabi berdakwah..Abu Bakar mengikhlaskan anaknya untuk dinikahi Nabi dengan mas kawin 400 dirham..
Hadist di atas mengenai umur Aisyah RA tatkala dinikahkan adalah problematis, alias dhaif. Beberapa riwayat yang termaktub dalam buku-buku Hadits berasal hanya satu-satunya dari Hisyam ibn ‘Urwah yang didengarnya sendiri dari ayahnya. Mengherankan mengapa Hisyam saja satu-satunya yang pernah menyuarakan tentang umur pernikahan Aisyah RA tersebut. Bahkan tidak oleh Abu Hurairah ataupun Malik ibn Anas.
Perkataan Hisyam ibn ‘Urwah itupun baru diutarkan pada saat ia telah bermukim di Iraq. Hisyam pindah bermukim ke negeri itu dalam umur 71 tahun. Mengenai Hisyam ini Ya’qub ibn Syaibah berkata: “Yang dituturkan oleh Hisyam sangat terpecaya, kecuali yang disebutkannya tatkala ia sudah pindah ke Iraq.” Syaibah menambahkan, bahwa Malik ibn Anas menolak penuturan Hisyam yang dilaporkan oleh penduduk Iraq (Tahzib alTahzib, Ibn Hajar alAsqalani, Dar Ihya alTurath alIslami, jilid II, hal.50). Termaktub pula dalam buku tentang sketsa kehidupan para perawi Hadits, bahwa tatkala Hisyam berusia lanjut ingatannya sangat menurun (al Maktabah alAthriyyah, Jilid 4, hal.301). Alhasil, riwayat umur pernikahan St ‘Aisyah RA yang bersumber dari Hisyam ibn ‘Urwah, tertolak.
Untuk selanjutnya terlebih dahulu dikemukakan peristiwa secara khronologis :
-          pre 610 Miladiyah (M) : zaman Jahiliyah
-          610 M : Permulaan wahyu turun
-          610 M : Abu Bakr RA masuk Islam
-          613 M : Nabi Muhammad SAW mulai menyiarkan Islam secara terbuka
-          615 M : Ummat Islam Hijrah I ke Habasyah
-          616 M : Umar bin al Khattab masuk Islam
-          620 M : ‘Aisyah RA dinikahkan
-          622 M: Hijrah ke Madinah
-          623/624 M : ‘Aisyah serumah sebagai suami isteri dengan Nabi Muhammad SAW.
Menurut Tabari: “Semua anak Abu Bakr (4 orang) dilahirkan pada masa jahiliyah dari 2 isterinya ” (Tarikhu’l-umam wa’l-mamlu’k, Al-Tabari (died 922), Vol. 4,p. 50, Arabic, Dara’l-fikr, Beirut, 1979). Tabari meninggal 922 M. Jika  Aisyah dinikahkan dalam umur 6 tahun berarti St ‘Aisyah lahir tahun 613 M. Padahal manurut Tabari semua keempat anak Abu Bakr RA lahir pada zaman Jahiliyah, yaitu pada tahun sebelum 610 M. Alhasil berdasar perhitungan di atas, menurut  Tabari, Aisyah RA tidak dilahirkan 613 M melainkan sebelum 610. Jadi kalau Aisyah RA dinikahkan pada tahun 620 M, maka beliau dinikahkan pada umur di atas 10 tahun dan hidup sebagai suami isteri dengan Nabi Muhammad SAW dalam umur di atas 13 tahun.
Jadi kalau umur Aisyah dinikahkan di atas 10 tahun ( tinggal/ hidup bersama dengan Nabi di atas 13 tahun ), lalu lebih tepatnya dalam umur berapa ?.
Untuk itu marilah kita menengok kepada kakak perempuan Aisyah RA, yaitu Asmah. Menurut Abd al Rahman ibn abi Zannad: “Asmah 10 tahun lebih tua dari St ‘Aisyah RA (alZahabi, Muassasah al Risalah, Jilid 2, hal.289). Menurut Ibn Hajar alAsqalani: Asmah hidup hingga usia 100 tahun dan meninggal tahun 73 atau 74 Hijriyah (Taqrib al Tahzib, Al-Asqalani, hal.654). Alhasil, apabila Asmah meninggal dalam usia 100 tahun dan meninggal dalam tahun 73 atau 74 Hijriyah, maka Asma berumur 27 atau 28 tahun pada waktu Hijrah, sehingga Aisyah berumur (27 atau 28) - 10 = 17 atau 18 tahun pada waktu Hijrah, dan itu berarti Aisyah mulai hidup berumah tangga dengan Nabi Muhammad SAW pada waktu berumur 19 atau 20 tahun ( setelah hijrah ) . و الله اعلم بللصو اب

Rabu, 20 April 2011

My girls


My girls

Rasa syukur tak henti saya ucapkan kepada Allah SWT karena dalam kehidupan rumah tangga yang kami bina bersama suami ( Drs.H.Mukhlisin,M.SI ), kami telah mampu untuk memiliki rumah tempat tinggal bersama, yang menurut kami itu lebih dari segalanya, walaupun rumah yang  sederhana tapi bisa melindungi kami dari terik matahari dan guyuran air hujan serta angin yang kadang-kadang menyapa dengan kencangnya. Rumah yang terletak di Jalan Bangka RT 05 RW 01  Desa Taman, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah itu adalah rumah singgah kami yang menurut kami paling nyaman ....
Dalam kehudupan rumah tangga kami, kami telah dianugerahi 3 orang anak, namun anak yang ketiga diambil kembali di usia 3 bulan dalam kandungan... Kedua anak kami adalah perempuan, semoga Allah SWT menganugrahi kedua putri, karena kami lebih dipercaya mendidik dan membesarkan anak perempuan, mereka berdua adalah calon ibu yang dari rahimnya kelak akan lahir keturunan-keturunan kami berikutnya ( InsyaAllah...amin )..
Si Sulung kami beri nama INTAN SYLMA QONITA harapan kami sesuai namanya agar ia menjadi wanita ( perhiasan ) yang terlindungi (selamat) dan selalu bertaqwa kepada Allah SWT, ia sekarang sedang belajar di Madrasah Aliayah Negeri I Yogyakarta ( Kelas XI ), sejak lulus dari Sekolah Dasar sudah kami kirim untuk belajar di Pondok Pesantren Modern Islam “As Salaam” Surakarta, bukan maksud kami untuk memisahkan  kebersamaan serta kasih sayang kami, tetapi justru dengan rasa kasih sayang kami yang amat dalam terhadapnya kami kirim ia untuk menuntut ilmu agama, karena bekal ilmu agama,  kami yakin akan menjadi modalnya yang utama ia dalam hidup di duniai ini, agamalah yang akan menuntunnya kalau ia kehilangan arah, agamalah yang akan menghiburnya kalau ia bersedih, agamalah yang akan menggiringnya menuju kehidupan yang indah dan bahagia yang keindahan dan kebahagiannya tidak akan pernah sirna dan kekal yaitu nanti di kehidupan kedua setelah kebangkitan kita dari alam barzah.......
 
Foto Si Sulung : INTAN SYLMA QONITA

Si kecil kami beri nama NAILA ZAHIYATUR ROSYIDA  harapan kami sesuai namanya agar ia menjadi wanita yang selalu condong pada  hal-hal baik dan petunjuk Allah SWT, sekarang ia baru belajar di Sekolah Dasar Negeri I Kebondalem Pemalang ( Kelas IV ), sesuai rencana kami ( mudah2an Allah SWT mengabulkan niat kami ..amin ) setelah ia lulus dari SD juga kami kirim untuk menuntut ilmu agama ke luar kota, harapan kami tiada lain dan tiada bukan hanya demi kebahagiaannya kelak..memang terasa berat harus berpisah dengan mereka,,,tapi itulah  jalan hidup yang menurut kami harus kami jalani...memang pada  masa-masa awal kami harus berpisah terasa berat, apalagi rasanya baru sebentar kebersamaan bersama mereka, di saat mereka masih membutuhkan belaian dan kasih sayang, semua harus dipisahkan dengan jarak... di awal tahun pertama kakaknya nyantri di Ponpes “As Salaam” Surakarta dulu, setiap minggu atau paling lama dua minggu saya dan suami bergantian terkadang juga bersama-sama harus bolak-balik Pemalang-Solo untuk menengoknya, namun tahun kedua sudah bisa berjalan dengan normal si sulung sudah bisa menyesuaikan dengan kehidupan pesantren dan sudah mulai kerasan..Alhamdulillah...

 

Foto Si Kecil: NAILA ZAHIYATUR ROSYIDA

Anak-anakku...setiap langkah kaki ibu dan ayah berpijak di atas bumi berjalan menuju tempat kerja, semua kami niatkan untuk beribadah kepada Allah SWT  semata dan semua dilakukan untuk memenuhi janji ibu dan ayah kepadaNYa agar bisa membesarkan kalian membimbing kalian dan memenuhi segala kebutuhan kalian. Dan setiap kali ibu dan ayah  ingat kalian, pasti dari mulut kami terucap do’a-do’a untuk kalian....
Anak-anakku .....kalian adalah generasi penerus kami...dari rahimmu kelak akan lahir generasi-generasi kami berikutnya...harapan ibu dan ayah kalian menjadi wanita-wanita yang sholehah, yang kuat dan tangguh menghadapi segala problema dan permasalahan yang muncul, walaupun kalian dilahirkan sebagai perempuan, ibu dan ayah berharap kalian kelak bisa mandiri, tidak semata menggantungkan hidup kalian pada orang lain bahkan mungkin pada suami kalian kelak......
Anak-anakku...tugas kalian sekarang  belajar untuk menuntut ilmu ...semoga kalian menjadi orang-orang yang sukses di dunia dan akherat,  apapun cita-cita kalian berdua kalau menurut Allah SWT itu yang terbaik InsyaAllah pasti akan bisa kau gapai, namun seandainya tidak bisa kau gapai itu pasti menurut Allah SWT adalah jalan yang terbaik..ikhlaslah menjalani semua ketentuanNYa.
Anak-anakku......semoga Allah SWT kelak mengirimkan kalian suami-suami yang sholeh, yang mencintai kalian karena Allah SWT, yang sabar membimbing kalian, menuntun kalian ke jalan yang benar...
Anak-anakku ......jadilah kalian kelak istri dan ibu yang dibanggakan keluarga....suamii dan anak-anak kalian akan menghormati kalian, mengidolakan kalian...bahkan mungkin mereka akan mengatakan “Istriku/Ibuku hebat “..

   ا د عو ني استجب لكم       .........................       امين يا ر ب العلمين